Juli 27, 2013

#SERABI by @PeduliJilbab dan @SPJ_Jakarta

Jakarta, hari sabtu 20 Juli 2013. Hari yang udah saya tunggu-tunggu karena hari ini kami #TimSPJ2 Jakarta dari @pedulijilbab akan melaksanakan buka puasa bersama anak panti asuhan "Putra Nusa" bagian putri di tanah abang. Kenapa kegiatan ini saya tunggu-tunggu?? karena ini adalah acara pertama yang diadakan oleh #TimSPJ2 Jakarta serta selain itu hati saya sangat bahagia luar biasa karena sudah lama saya tidak mengikuti kegiatan-kegiatan sosial. Maklum sudah hampir -/+ 3 tahun saya beragaya hidup hedonis dan memikirkan kebahagian diri sendiri yang kerjanya hanya kerja, kuliah, hangout dengan teman-teman dan belanja sana-sini. *Astagfirullah.  Alhamdulillah dengan ikut serta saya di @pedulijilbab saya akan lebih sering mengikuti kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk diri sendiri serta untuk orang lain. Amiin...

Saya berangkat dari rumah kira-kira jam 12.30 menggunakan motor kesayangan pastinya yang biasa saya panggil "beaty" dengan bergegas saya berangkat menerjang teriknya matahari dan gas powl si beaty karena seharusnya panitia kumpul jam 13.00 di panti.
Karena tempat pantinya saya tidak terlalu tahu persis, saya hanya berpedoman dengan GPS dan pake perasaan tentunya. Sudah saya lewati dengan lancar jalan mampang-kuningan-dr.satrio-sudirman. Dan saat sudah mau naik flyover karet sudah terlihat kendaraan yang stuck, tetiba saya teringat "Ini jalan menuju pusat perbelanjaan tanahabang dan hari sabtu pula, pasti ini macetnya sampe ujung sana" dan ternyata benar adanya dugaan saya macetnyaaaaa... Hanya dengan istighfar dan bersabar tentunya terus melanjutkan perjalanan sampai panti. 
Finally saya sampai di panti kira-kira jam 2 dengan keringat yang bercucuran dan yang baru sampai panti adalah baru saya dan Marsha (salah satu panitia juga!) *gubrak!
Ya ternyata memang disudut jakarta menuju akses ke panti semua maceeeettt. Bahkan katanya di bundaran HI ada yang demo, padahal ini bulan puasa kok bisa-bisanya ada yang demo. Jakarta oh Jakarta *elus-elus dada.

Alhamdulillah akhirnya acara kita mulai jam 03.10 dengan MC ka Dewi dan ka putsar yang imut-imut lalu dilankutkan dengan pembukaan dan sambutan dari ketua panitia #SERABI ka wina dan sambutan dari pihak panti. Lalu shalat ashar berjamaah dan dilanjutkan dengan materi tentang jilbab syar'i yang di isi oleh ka Diana dari #TimSPJ1. 

Disini ka Diana memaparkan pengertian jilbab, perngertian khimar dan perngertian jilbab syar'i. Serta bagaimana seharusnya kita sebagai muslimah berjilbab yang syar'i sesuai dengan syariat islam. Subhanallah adik-adik panti sangat antusias menyimak ka Diana saat menjelaskan materi.
Ka Diana Sedang Mengisi Materi





Setelah ka Diana selesai menjelaskan materi, ada juga hiburan yaitu marawis dari adik-adik kelasnya ka Devi. Selain hiburan dari marawis, kakak-kakak dari #TimSPJ2 Jakarta juga mengadakan games-games seru. Yaitu games tupai dan pohon, seru banget ini games karenan kakak-kakaknya juga ikutan lho. hehehe..

Tim Marawis
Ada juga games-games berhadiah yang dibagikan menjadi 3 team, yakni team anak SD, SMP, dan SMA. Jadi masing-masing yang menang akan mendapat hadiah :D
Tak terasa karena keasyikan nge-games dengan adik-adik waktu sudah menunjukan jam 5 lewat. Sambil menunggunya waktu maghrib, kakak dari #TimSPJ2 Peduli Jilbab bagi-bagi hadiah, menyalurkan donasi berupa uang tunai kepada panti, santunan kepada masing-masing anak, khimar, bergo juga pin #SERABI.

Penyerahan santunan dan khimar




Pin #SERABI
Waktu maghrib telah tiba dan saatnya berbukaaaaa dan dilanjutkaan dengan shalat magrib...... Alhamdulillah bahagia hati ini saat melihat mereka menyantap makanan dari kami.
Setelah itu acara dilanjutkan kesan dan pesan dari adik-adik panti dan ga ketinggalan foto-foto \O/

kakak #TimSPJ2 dan adik-adik panti

Bersama Qolbu Mulia
#TimSPJ2 Jakarta dan Spanduk :D
Alhamdulillah acara #SERABI 2013 sudah terlaksana dengan baik dan sukses, semoga acara ini derkahi oleh Allah SWT. Tidak lupa #TimSPJ2 Peduli Jilbab berterimakasih atas sponsor @RiantiStore @Sedekahharian dan @QolbuMulia.

Wulan, Miranty, Devi Kris, Diana, Putsar, Izzah, Devi Rohamah
Icha, Dewi, Fida, Ria, Marsha, Wina, Intan,
Ka'Wulan n her son, Miranty, Devi Kris, Diana, Putsar, Izzah, Devi Rohmah


















Dan pastinya dari kaka-kaka Peduli Jilbab #TimSPJ2 Jakarta yang sudah mengeluarkan dana, tenaga, waktu serta semangatnya untuk kegiatan #SERABI ini sehingga berjalan dengan sukses. Semoga acara #SERABI ini bisa menjadi agenda tahunan yang akan terus diadakan. Amiiinn..

Ana Uhibuki Fillah, #1 Cinta Karena Allah #TimSPJ2 Jakarta @PeduliJilbab

Juli 26, 2013

Quotes Of The Day

Saya selalu menyarankan ini, jika kalian masih muda, punya banyak waktu luang, tidak memiliki terlalu banyak keterbatasan, maka berkelilinglah melihat dunia. Bawa satu ransel di pundak, berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain, dari satu desa ke desa lain, dari satu lembah ke lembah lain, pantai, gunung, hutan, padang rumput, dan sebagainya. Menyatu dengan kebiasaan setempat, naik turun angkutan umum, menumpang menginap di rumah-rumah, selasar masjid, penginapan murah meriah, nongkrong di pasar, ngobrol dengan banyak orang, menikmati setiap detik proses tersebut. Maka, semoga, pemahaman yang lebih bernilai dibanding pendidikan formal akan datang. Dunia ini bukan sekadar duduk di depan laptop atau HP, lantas terkoneksi dengan jaringan sosial yang sebenarnya semu. Bertemu dengan banyak orang, kebiasaan, akan membuka simpul pengertian yang lebih besar. 
Karena sejatinya, kebahagiaan, pemahaman, prinsip-prinsip hidup itu ada di dalam hati. Kita lah yang tahu persis apakah kita nyaman, tenteram dengan semua itu. Nah, kalau kalian punya keterbatasan, lakukanlah dalam skala kecil, jarak lebih dekat, dengan pertimbangan keamanan lebih prioritas. Itu sama saja. Lihatlah dunia, pergilah berpetualang, perintah itu ada dalam setiap ajaran luhur.

-Tere Liye-

Juli 19, 2013

#SERABI "Semangat Ramadhan Berbagi dan Peduli" by @PeduliJilbab

Peduli Jilbab dan SPJ Jakarta present #SERABI "Semangat Ramadhan Berbagi dan Peduli". Indahnya berbagi bersama adik-adik kita di Panti Asuhan "Putra Nusa" bagian putri. Yuk buat mereka tersenyum, dengan menyedakahkan sedikit harta kita membuat mereka bahagia lho..
Dalam acara ini  kami akan mengadakan acara buka puasa bersama yang sebelumnya akan diisi dengan materi tentang Jilbab syar'i yang diramaikan dengan game-games seru. Selain itu kami juga akan membagikan khimar dan bergo syar'i. 

#SERABI Supported by @sedekahharian, @qalbumulia dan riantistore.
 
Sedekah tanpa tapi, Sedekah tanpa nanti. Semoga Allah memberkahi kita semua.

Juli 15, 2013

Review Kajian "PRA NIKAH"


Pagi-pagi group sudah ramai membicarakan tentang pernikahan, ternyata ada yang mensharing tentang Kajian "Pra Nikah" yang berisikan sbb :

Suatu ketika ada seorang pemuda sholih juga seorang mujahid, yang berkata kepada ayah dan ibunya, "Duhai ayah dan ibu carikan aku seorang calon istri"
Kemudian ayah dan ibunya mencarikanya seorang wanita sholihah. Setelah pemuda itu dikabarkan bahwa kedua orang tuanya sudah menemukan calon istri untuknya, maka ia pun meminta untuk dikenalkan dan dilamarkan.

Si pemuda itu begitu percaya pilihan kedua orang tuanya yg tidak akan memberikan anaknya keburukan.
Pada malam hari pernikahan, ternyata ia menemukan "cacat" atau sesuatu yg ia tidak sukai dari istrinya itu. Tetapi akhlaknya menghalanginya untuk berkata yg menyakiti hati istrinya itu. Namun, sang istri dapat melihat raut wajah suaminya yg berbeda itu.
Kalimat yg dikatakan seorang istri yang sholihah itu sebagai respon atas ketidaksukaan suaminya itu adalah,

"wa 'aasyiruuhunna bil-ma'ruf, fa in karihtumuuhunna fa 'asaa an takrahuu syai'aw wa yaj'alallaahu fiihi khairan kasiiraan"
QS. An Nisa: 19

"Dan bergaulah dengan mereka dengan cara yg patut*, jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya"

Akhirnya setelah ia mendengar jawaban dari istrinya itu, ia pun meyakini bahwa apa saja yg Allah katakan juga janjikan pasti benar. Malam itu pun terjadi sesuatu yg harusnya terjadi.
*Patut / ma'ruf= Sesuatu yg baik, istimewa menurut syariat juga menurut kebiasaan yg ada, jadi lebih spesial dari sekedar pengertian khair atau baik.

Beberapa hari setelah pernikahan mereka ternyata ada panggilan jihad untuk setiap pemuda muslim. Kemudian ia pun pergi ke medan jihad, namun sebelumnya ia berwasiat kepada istrinya, "jagalah kehormatanmu dan peliharalah rizki yg Allah anugerahkan kepada kita"
>>Biasakan untuk para suami ketika harus pergi jauh untuk berwasiat karena tak akan pernah tahu apa yg akan terjadi dalam takdirNya.

Ternyata waktu yg ditempuh suaminya dalam berjihad itu bukan sehari, seminggu, sebulan, atau setahun. Akan tetapi sebelas tahun. Woow... lamaaa yah ^^
Ketika musuh sudah tertaklukkan dan meraih kemenangan dalam sebelas tahun perjuangan maka ia pun kembali ke kampung halamannya. Ayoo tebak kemana tempat yg ia tuju pertama kalinya?
Warung di pasarkah karena lapar?? Atau rumah karena rindu yg begitu menggebu??
Ternyata ia menuju mesjid di kampungnya itu. Disana ia melihat ada kumpulan dari ustadz tua yg dulu ia kenal termangguk-mangguk mendengar uraian seseorang, karena penasaran ia menghapiri kumpulan merek. Tenyata yg ia temukan adalah seorang anak yg usianya sekitar 10 tahun tengah menjelaskan uraian ayat juga hadist dengan begitu fasihnya.

Rasa penasaran tentang siapa anak itu, membuatnya mengikuti anak tersebut sampai setiap langkah pulang anak itu. Setiap langkah anak itu membuatnya seolah kembali pada masa 11 tahun lalu, sebab jalan yg ia lalui sama dengan jalan2 yg pernah ia lalui dulu. Hingga anak itu berhenti di depan rumah yg ia tinggalkan dulu dan ada seorang wanita yg begitu ia kenal wajahnya, tengah menjawab salam dan membukakan pintu untuk anak itu.
Dalam campur aduknya rasa penasaran kenyataan ditambah akan ketidak tahuannya, ia memutuskan untuk juga masuk ke dalam rumah itu.

Ayoo klo jaman sekarang, adegan apa yg bisa ditebak??
Pasti omelan, prasangka, tentang anak siapa itu? Dll

Tapi ternyata ia, mengetuk pintu sembari memberi salam yg disambut jawaban salam dari anak kecil juga istrinya itu.
Ternyata 11 tahun tetap membuat mereka saling ingat satu sama lain, meski dahulu tak pernah ada foto, tlp, hp, Whatsapp, facebook, dll ^^
Kemudian ia pun memeluk rindu istrinya, dan bertanya tentang anak kecil yg juga masuk sebelum kedatangannya..
Dijawab oleh istrinya, "dia adalah rizki yg diberikan Allah kepada kita yg telah aku jaga seperti yg engkau seperti pesan yg engkau katakan sebelum pergimu."
Ehmm... so sweet,
Ga kebayang, 11 tahun tanpa kabar entah suaminya itu masih hidup atau tinggal nama. Hamil-melahirkan-mendidik anak dalam sendirinya. Belum lagi kesetiaannya. Plus anaknya ternyata jadi anak sholih yg dikenal dg luasnya ilmu, imam Malik (guru imam Syafii) ehmm... dahsyat.

Seketika itu suaminya teringat-ingat An Nisa 19 yg dibacakan istrinya dulu... dan ternyata Allah tak pernah ingkar janji, Allah membuktikan balasan yg begitu manis akan kesabaran, kelapangan, juga keikhlasanya menerima istrinya itu.
Kesempurnaan hanya milik Allah. Ketika menikah nanti harus menyiapkan diri dengan ketidaksempurnaan pasangan kita. Sebab jika mencari yg sempurna pasti tak akan pernah ada. Tetapi pernikahan itu ada untuk saling menyempurnakan satu sama lain. Jika ia sempurna tanpa sedikitpun kelemahan maka apa arti adanya kita di sisinya ? Jika kita mencintainya karena kelebihan atau sempurnanya maka setiap orang di luar kita pun bisa melakukannya, tetapi hanya ada satu yg bisa mencinta dan bersabar dalam lemahnya kita yaitu pasangan yg menikahi kita.

Carilah pasangan iman kita, ukurannya iman. Dalam pernikahan harus dan butuh ada kesertaan iman. Jika ujian hadir maka imanlah yg mengokohkan pelayaran dalam badainya. Kesetiaan iman menghasilkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Hakikat pernikahan itu memperbaiki keimanan juga meningkatkan iman.Hadistnya menikah itu mengenapkan separuh agama. Artinya jika setelah menikah keimanan kita menurun maka perlu dicek, kemungkinan ada yg salah dalam pilihan atau prosesnya.
Maka dari itu setelah menikah sepasang pengantin di sunnahkan untuk sholat dua rakaat kemudian sang suami berdoa agar Allah menyatukan dalam kebaikan dan jika pun berpisah itu juga karena kebaikan. Begitupun doa yg disunnahkan untuk kedua mempelai dari hadirin yg memiliki arti bahwa dalam pernikahan tidak selamanya diisi dg kebahagiaan tetapi dalam bahagia Allah menurunkan berkahNya juga ketika ada ujian dalam kesabaran Allah pun senantiasa memberkahi keduanya.

Tujuan pernikahan;
1. Ridho Allah dg saling menasehati dlm kebenaran
2. Saling menasehati dalam kesabaran
3. Saling menasehati dalam berkasih sayang Ar~Rum 21
4. Keturunan
5. Membentuk masyarakat terkecil

Kedewasaan seseorang dilihat dari kemampuan ia membangun relasi. Relasi dengan pasangan, anak, mertua, ipar, nenek/kakek, dll. Sedangkan kematangan seseorang ditentukan oleh kematangan spiritualnya.
Pendidikan anak bukan dimulai sejak ia bayi atau dalam kandungan tetapi dimulai dari memilih pasangan. Pilih ia yg tak hanya menjadi pasangan untuk diri kita tetapi cari ayah/ibu untuk anak-anak kelak. Mengapa?? Karena pembentukan bagaimana anak kelak bergantung kepada siapa orang tuanya. Contoh kecerdasan seorang anak pada umumnya diwariskan dari kecerdasan ibunya.
Membahagiakan anak dengan membahagiakan pasangan kita. Tidak ada anak yg akan berbahagia jika orang tuanya bersedih. Oleh karenanya perlu dibangun hubungan yg kuat antara suami dan istri. Meski kecenderungan istri terkadang lebih dominan ke arah anak tetapi surga seorang istri ada dalam ridhanya suami, sehingga mempererat hubungan dengan suami lebih diutamakan.
Posisi kedua yg harus dihargai oleh suami setelah Allah dan RasulNya untuk beroleh surgaNya adalah ibunya. Tetapi posisi kedua yg harus dihargai seorang istri setelah Allah dan RasulNya untuk beroleh surga adalah suaminya.
Arti lainnya bagi seorang istri, suami itu bosnya sedang ibu mertua itu big bosnya.. berdoalah mendapat pasangan yg menyenangkan hati juga mertua yg lebih menyenangkan hati :)
-13 Juli 2013, Masjid UI Depok-

Juli 06, 2013

Menjaga, Menata, lalu Bercahaya by Ust. Salim A Fillah

Saya adalah pecinta tulisan Ust. Sallim A. Fillah jadi setiap goresan yang beliau tuliskan akan saya letakkan kembali di blog saya. Agar saya selalu membacanya serta selalu mengingatkan saya.
Dan tulisan inilah yang menjadi salah satu favorit saya yang dituliskan juga dalam bukunya "Bahagianya Merayakan Cinta" yang saya sudah hatam bukunya :D

                                                                                 ♥♥♥

Salman Al Farisi memang sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mukminah lagi shalihah juga telah mengambil tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai kekasih. Tetapi sebagai sebuah pilihan dan pilahan yang dirasa tepat. Pilihan  menurut akal sehat. Dan pilahan menurut perasaan yang halus, juga ruh yang suci.
Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah berbicara untuknya dalam khithbah. Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada shahabat Anshar yang dipersaudarakan dengannya, Abud Darda’.
Subhanallaah.. wal hamdulillaah..”, girang Abud Darda’ mendengarnya. Mereka tersenyum bahagia dan berpelukan. Maka setelah persiapan dirasa cukup, beriringanlah kedua shahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru tengah kota Madinah. Rumah dari seorang wanita yang shalihah lagi bertaqwa.
”Saya adalah Abud Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.”, fasih Abud Darda’ bicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni.
”Adalah kehormatan bagi kami”, ucap tuan rumah, ”Menerima anda berdua, shahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang shahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami.” Tuan rumah memberi isyarat ke arah hijab yang di belakangnya sang puteri menanti dengan segala debar hati.
”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili puterinya. ”Tetapi karena anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abud Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.”
Jelas sudah. Keterusterangan yang mengejutkan, ironis, sekaligus indah. Sang puteri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya! Itu mengejutkan dan ironis. Tapi saya juga mengatakan indah karena satu alasan; reaksi Salman. Bayangkan sebuah perasaan, di mana cinta dan persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesadaran; bahwa dia memang belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya. Mari kita dengar ia bicara.
”Allahu Akbar!”, seru Salman, ”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abud Darda’, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!”
♥♥♥

Tak mudah menjadi lelaki sejantan Salman. Tak mudah menjadi sahabat setulus Abud Darda’. Dan tak mudah menjadi wanita sejujur shahabiyah yang kelak kita kenal sebagai Ummud Darda’. Belajar menjadi mereka adalah proses belajar untuk menjadi orang yang benar dalam menata dan mengelola hati. Lalu merekapun bercahaya dalam pentas sejarah. Bagaimanakah kiranya?
Ijinkan saya mengenang seorang ulama yang berhasil mengintisarikan Ihya’ ‘Ulumiddin karya Imam Al Ghazali. Ustadz Sa’id Hawa namanya. Dalam buku Tazkiyatun Nafs, beliau menggambarkan pada kita proses untuk menjadi  orang yang shadiq, orang yang benar. Prosesnya ada empat, ialah sebagai berikut,

1. Shidqun Niyah
Artinya benar dalam niat. Benar dalam semburat pertama hasrat hati. Benar dalam mengikhlaskan diri. Benar dalam menepis syak dan riya’. Benar dalam menghapus sum’ah dan ‘ujub. Benar dalam menatap lurus ke depan tanpa mempedulikan pujian kanan dan celaan kiri. Benar dalam kejujuran pada Allah. Benar dalam persangkaan pada Allah. Benar dalam meneguhkan hati.

2. Shidqul ‘Azm 
Artinya benar dalam tekad. Benar dalam keberanian-keberanian. Benar dalam janji-janji pada Allah dan dirinya. Benar dalam memancang target-target diri. Benar dalam pekik semangat. Benar dalam menemukan motivasi setiap kali. Benar dalam mengaktivasi potensi diri. Benar dalam memikirkan langkah-langkah pasti. Benar dalam memantapkan jiwa. 
3. Shidqul Iltizam
Artinya benar dalam komitmen. Benar dalam menetapi rencana-rencana. Benar dalam melanggengkan semangat dan tekad. Benar dalam memegang teguh nilai-nilai. Benar dalam memaksa diri. Benar dalam bersabar atas ujian dan gangguan. Benar dalam menghadapi tantangan dan ancaman. Benar dalam mengistiqamahkan dzikir, fikir, dan ikhtiyar.

4.Shidqul ‘Amaal
Artinya benar dalam proses kerja. Benar dalam melakukan segalanya tanpa menabrak pagar-pagar Ilahi. Benar dalam cara. Benar dalam metode. Benar dalam langkah-langkah yang ditempuh. Benar dalam profesionalisme dan ihsannya amal. Benar dalam tiap gerak anggota badan.
Nah, mari coba kita refleksikan proses menjadi orang benar ini dalam proses menuju pernikahan. Seperti Salman. Ia kuat memelihara aturan-aturan syar’i. Dan mengharukan caranya mengelola hasrat hati. Insyaallah dengan demikian keberkahan itu semakin mendekat. Jikalau Ash Shidq berarti kebenaran dan bermakna kejujuran, maka yang pertama akan tampak sebagai gejala keberkahan adalah di saat kita jujur dan benar dalam bersikap pada Allah dan manusia.
♥♥♥
Apa kiat sederhana untuk menjaga hati menyambut sang kawan sejati? Dari pengalaman, ini jawabnya: memfokuskan diri pada persiapan. Mereka yang berbakat gagal dalam pernikahan biasanya adalah mereka yang berfokus pada “Who”. Dengan siapa. Mereka yang insyaallah bisa melalui kehidupan pernikahan yang penuh tantangan adalah mereka yang berfokus pada “Why” dan “How”. Mengapa dia menikah, dan bagaimana dia meraihnya dalam kerangka ridha Allah.
Maka jika kau ingin tahu, inilah persiapan-persiapan itu: 

1.Persiapan Ruhiyah (Spiritual)
Ini meliputi kesiapan kita untuk mengubah sikap mental menjadi lebih bertanggung jawab, sedia berbagi, meluntur ego, dan berlapang dada. Ada penekanan juga untuk siap menggunakan dua hal dalam hidup yang nyata, yakni sabar dan syukur. Ada kesiapan untuk tunduk dan menerima segala ketentuan Allah yang mengatur hidup kita seutuhnya, lebih-lebih dalam rumahtangga. 

2. Persiapan ‘Ilmiyah-Fikriyah (Ilmu-Intelektual)
Bersiaplah menata rumahtangga dengan pengetahuan, ilmu, dan pemahaman. Ada ilmu tentang Ad Diin. Ada ilmu tentang berkomunikasi yang ma’ruf kepada pasangan. Ada ilmu untuk menjadi orangtua yang baik (parenting). Ada ilmu tentang penataan ekonomi. Dan banyak ilmu yang lain. 

3. Persiapan Jasadiyah (Fisik)
Jika memiliki penyakit-penyakit, apalagi berkait dengan kesehatan reproduksi, harus segera diikhtiyarkan penyembuhannya. Keputihan pada akhwat misalnya. Atau gondongan (parotitis) bagi ikhwan. Karena virus yang menyerang kelenjar parotid ini, jika tak segera diblok, bisa menyerang testis. Panu juga harus disembuhkan, he he. Perhatikan kebersihan. Yang lain, perhatikan makanan. Pokoknya harus halal, thayyib, dan teratur. Hapus kebiasaan jajan sembarangan. Tentang pakaian juga, apalagi pada bagian yang paling pribadi. Kebiasaan memakai dalaman yang terlalu ketat misalnya, berefek sangat buruk bagi kualitas sperma. Nah. 

4.Persiapan Maaliyah (Material)
Konsep awal; tugas suami adalah menafkahi, BUKAN mencari nafkah. Nah, bekerja itu keutamaan & penegasan kepemimpinan suami. Persiapan finansial #Nikah sama sekali TIDAK bicara tentang berapa banyak uang, rumah, & kendaraan yang harus kita punya. Persiapan finansial bicara tentang kapabilitas menghasilkan nafkah, wujudnya upaya untuk itu, & kemampuan mengelola sejumlah apapun ia. Maka memulai per nikahan, BUKAN soal apa kita sudah punya tabungan, rumah, & kendaraan. Ia soal kompetensi & kehendak baik menafkahi. Adalah ‘Ali ibn Abi Thalib memulai pernikahannya bukan dari nol, melainkan minus: rumah, perabot, dan lain-lain dari sumbangan kawan dihitung hutang oleh Nabi. Tetapi ‘Ali menunjukkan diri sebagai calon suami kompeten; dia mandiri, siap bekerja jadi kuli air dengan upah segenggam kurma.
Maka sesudah kompetensi & kehendak menafkahi yang wujud dalam aksi bekerja -apapun ia-, iman menuntun: pernikahan itu jalan Allah membuka kekayaan (QS 24: 32). Buatlah proyeksi nafkah rumahtangga secara ilmiah & executable. JANGAN masukkan pertolongan Allah dalam hitungan, tapi siaplah dengan kejutanNya.
Kemapanan itu tidak abadi. Saat belum mapan masing-masing pasangan bisa belajar untuk menghadapi lapang maupun sempitnya kehidupan. Bahkan ketidakmapanan yang disikapi positif menurut penelitian Linda J. Waite, signifikan memperkuat ikatan cinta. Ketidakmapanan yang dinamis menurut penelitian Karolinska Institute Swedia, menguatkan jantung dan meningkatkan angka harapan hidup.

 5. Persiapan Ijtima’iyyah (Sosial)
Artinya, siap untuk bermasyarakat, faham bagaimana bertetangga, mengerti bagaimana bersosialisasi dan mengambil peran di tengah masyarakat. Juga tak kalah penting, memiliki visi dan misi da’wah di lingkungannya.

Nah, ini semua adalah persiapan. Artinya sesuatu yang kita kerjakan dalam proses yang tak berhenti. Seberapa banyak dari persiapan di atas yang harus dicapai sebelum menikah? Ukurannya menjadi sangat relatif. Karena, bahkan proses persiapan hakikatnya adalah juga proses perbaikan diri yang kita lakukan sepanjang waktu. Setelah menikah pun, kita tetap harus terus mengasah apa-apa yang kita sebut sebagai persiapan menikah itu. Lalu, kapan kita menikah?

Ya. Memang harus ada parameter yang jelas. Apa? Rasulullah ternyata hanya menyebut satu parameter di dalam hadits berikut ini. Satu saja. Coba perhatikan.

 “Wahai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian telah bermampu BA’AH, maka hendaklah ia menikah, karena pernikahan lebih dapat menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan farj. Dan barangsiapa belum mampu, hendaklah ia berpuasa, sungguh puasa itu benteng baginya.” (HR Al Bukhari dan Muslim)

Hanya ada satu parameter saja. Apa itu? Ya, ba’ah. Apa itu ba’ah? Sebagian ‘ulama berbeda pendapat tetapi menyepakati satu hal. Makna ba’ah yang utama adalah kemampuan biologis, kemampuan berjima’. Adapun makna tambahannya, menurut Imam Asy Syaukani adalah al mahru wan nafaqah, mahar dan nafkah. Sedang menurut ‘ulama lain adalh penyediaan tempat tinggal. Tetapi, makna utamalah yang ditekankan yakni kemampuan jima’.

Maka, kita dapati generasi awal ummat ini menikahkan putra-putri mereka di usia muda. Bahkan sejak mengalami ihtilam (mimpi basah) pertama kali. Sehingga, kata Ustadz Darlis Fajar, di masa Imam Malik, Asy Syafi’i, Ahmad, tidak ada kenakalan remaja. Lihatlah sekarang, kata beliau, ulama-ulama besar dan tokoh-tokoh menyejarah menikah di usia belasan. Yusuf Al Qaradlawi menikah di usia belasan, ‘Ali Ath Thanthawi juga begitu. Beliau lalu mengutip hasil sebuah riset baru di Timur Tengah, bahwa penyebab banyaknya kerusakan moral di tengah masyarakat adalah banyaknya bujangan dan lajang di tengah masyarakat itu.

Nah. Selesai sudah. Seberapa pun persiapan, sesedikit apapun bekal, anda sudah dituntut menikah kalau sudah ba’ah. Maka persiapan utama adalah komitmen. Komitmen untuk menjadikan pernikahan sebagai perbaikan diri terus menerus. Saya ingin menegaskan, sesudah kebenaran dan kejujuran, gejala awal dari barakah adalah mempermudah proses dan tidak mempersulit diri, apalagi mempersulit orang lain. Sudah berani melangkah sekarang? Apakah anda masih perlu sebuah jaminan lagi? Baik, Allah akan memberikannya, Allah akan menggaransinya:

“Ada tiga golongan yang wajib bagi Allah menolong mereka. Pertama, budak mukatab yang ingin melunasi dirinya agar bisa merdeka. Dua, orang yang menikah demi menjaga kesucian dirinya dari ma’shiat. Dan ketiga, para mujahid di jalan Allah.” (HR At Tirmidzi, An Nasa’i, dan Ibnu Majah)

Pernah di sebuha milis, saya juga menyentil sebuah logika kecil yang pernah disampaikan seorang kawan lalu saya modifikasi sedikit. Apa itu? Tentang bahwa menikah itu membuka pintu rizqi. Jadi logikanya begini. Jatah rizqi kita itu sudah ada, sudah pasti sekian-sekian. Kita diberi pilihan-pilihan oleh Allah untuk mengambilnya dari jalan manapun. Tetapi, ia bisa terhalang oleh beberapa hal semisal malas, gengsi, dan ma’shiat.

Kata ‘Umar ibn Al Khaththab, pemuda yang tidak berkeinginan segera menikah itu kemungkinannya dua. Kalau tidak banyak ma’shiatnya, pasti diragukan kejantanannya. Nah, kebanyakan insyaallah jantan. Cuma ada ma’shiat. Ini saja sudah menghalangi rizqi. Belum lagi gengsi dan pilih-pilih pekerjaan yang kita alami sebelum menikah. Malu, gengsi, pilih-pilih.

Tapi begitu menikah, anda mendapat tuntutan tanggungjawab untuk menafkahi. Bagi yang berakal sehat, tanggungjawab ini akan menghapus gengsi dan pilih-pilih itu. Ada kenekatan yang bertanggungjwab ditambah berkurangnya ma’shiat karena di sisi sudah ada isteri yang Allah halalkan. Apalagi, kalau memperbanyak istighfar. Rizqi akan datang bertubi-tubi. Seperti kata Nabi Nuh ini,

“Maka aku katakan kepada mereka: “Beristighfarlah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Nuh 10-12)

Pernah membayangkan punya perkebunan yang dialiri sungai-sungai pribadi? Banyaklah beristighfar, dan segeralah menikah, insyaallah barakah. Nah, saya sudah menyampaikan. Sekali lagi, gejala awal dari barakahnya sebuah pernikahan adalah kejujuran ruh, terjaganya proses dalam bingkai syaria’t, dan memudahkan diri. Ingat kata kuncinya; jujur, syar’i, mudah. Saya sudah menyampaikan, Allaahummasyhad! Ya Allah saksikanlah! Jika masih ada ragu menyisa, pertanyaan Nabi Nuh di ayat selanjutnya amat relevan ditelunjukkan ke arah wajah kita.

“Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?” (Nuh 13)

-Ust Salim  A. Fillah-

Juli 01, 2013

I Will Try to Fix YOU

"Maka nikmat Tuhan mana yang kau dustakan?" Sepertinya potongan ayat Ar-Rahman ini cocok untuk saya dan lagu coldplay yang judulnya "Fix You" Lights will guide you home,  And ignite your bones And I will try to fix you lagu ini sangat cocok banget untuk kondisi saya saat ini. 

Begitu besar nikmat yang Allah berikan kepada saya, salah satunya nikmat  hari ini "My E Day" or "Khitbah Day". Allah itu maha keren, maha pengatur segalanya dan tau yang terbaik untuk hambanya.  Percayakah kamu bahwa setelah badai ada pelangi? Percayakah kamu jika kita diberikan ulat sama Allah tetapi ulat itu suatu saat akan berubah menjadi kupu-kupu yang indah?
Jawabannya : Ya, Saya Percaya 100% asalkan diiringi dengan sabar :)

Kenapa saya begitu percaya, karena saya sudah merasakan hal tersebut. Setelah berbagai masalah yang bertubi-bertubi selama 2 bulan terakhir ini, yang sangat menguras tenaga, pikiran dan airmata. Banyak  batu kerikil yang menghalangi bahkan perasaan ketidak yakinan diantara kita dan akhirnya tepat pada hari Minggu 30 Juni 2013 saya merasakan bahwa pelangi itu telah datang atau ulat itu sudah menjadi kupu-kupu yang indah serta hari itu saya menetapkan hati saya "FIX YOU BECAUSE ALLAH".

Sempet masih ga percaya  sebenernya ternyata hari ini adalah "My E Day" or "Khitbah Day" ada segerombolan keluarga besar datang dari bekasi membawa cincin dan beberapa bingkisan yang datang ke rumah saya. Taya tepuk pipi saya, terasa sakit. Saya cubit, sakit juga. Dan saat saya sedang siap-siap saya dikagetkan suara saudara yang berkata "Hei mbak, sudah siapkah? Deg2degan ga?" dan saya hanya menjawab denga tersenyum "Aku ga nyangka dek bakal secepat ini" .

Yaaa.. ini benar tidak mimpi, kedua keluarga besar sudah berkumpul di rumah saya. Rumah saya terasa begitu sesak dan sempit karena banyaknya saudar-saudara yang datang. Dan saya duduk tak berdaya di pojok samping tv, tak tahu apa yang sedang dibicarakan. Di dalam hati hanya menyebut namaMu "Subhanallah, Subhanallah, Alhamdulillah, Alhamdulilah".

Dan namaku tiba tiba di panggil untuk ke depan, aku melihat ibunya yang sudah berdiri membawa kotak merah berbentuk hati dan tersenyum di hadapanku sambil berbicara " Sini jari manismu sebelah kiri, nak". Detik itu jari manisku sebelah kiri di sematkan sebuah cincin sederhana nan indah oleh ibunya. Dan semua langsung mengucapkan "Alhamdulillah", ahhhhhhh hati ini begitu bergetar, begitu bahagia dan lega rasanyaaa. Terharuuuuu sekaliiiiii :")


"My E Ring"

Dan mulai hari ini The journey let beggins... Meluruskan niat, memperbaiki diri, selalu belajar dan mempersiapkan diri untuk menggapai Ridha Illahi dan menyongsong masa depan yang bahagia. Bismillah :) Betapa besar kuasanya Engkau Ya Rabb.. Terimakasih sudah memberikan saya sabar yang tak terhingga.